Nobrol Sehat – Saat kita membahas tentang dunia keibuan dan kesehatan, berbagai pertanyaan baru pasti selalu bermunculan, apalagi bagi para ibu muda yang baru saja melewati masa persalinan. Salah satu topik yang nggak pernah kehilangan relevansinya adalah soal Vaksin Untuk Ibu Menyusui dan keamanan pemberian vaksin, terutama untuk ibu menyusui. Di tengah begitu banyaknya informasi di luar sana, nggak sedikit ibu yang masih bimbang, “Boleh nggak sih aku vaksin selagi menyusui?” atau “Apa dampaknya buat si kecil kalau ibunya divaksin?”
Beberapa waktu terakhir, tema vaksin memang sempat jadi sorotan akibat pandemi global yang melanda. Banyak pihak mulai sadar pentingnya imunitas, dan pemerintah pun gencar menyosialisasikan vaksinasi. Sayangnya, topik seputar vaksin untuk ibu menyusui justru sering terlupakan atau terpinggirkan. Padahal, ini sangat penting, mengingat kesehatan ibu akan sangat mempengaruhi bayi yang mereka susui.
Sebenarnya, isu vaksin untuk ibu menyusui bisa jadi awal percakapan yang menyenangkan di grup WhatsApp keluarga atau antar-ibu muda di taman sore hari. Seringkali obrolan santai berubah jadi sesi berbagi pengalaman, mitos, dan tentunya kekhawatiran. Di satu sisi, ada yang berani dan yakin vaksin itu aman, di sisi lain masih banyak yang ragu karena informasi yang simpang siur. Jadi, yuk, kita kulik bersama fakta teranyar tentang vaksin saat masa menyusui, supaya nggak salah langkah!
Vaksin Untuk Ibu Menyusui

Secara resmi, banyak organisasi kesehatan kelas dunia seperti WHO dan IDAI menyebutkan bahwa sebagian besar vaksin termasuk vaksin COVID-19, influenza, hingga hepatitisrelatif aman untuk ibu menyusui. Tubuh ibu yang divaksin akan menghasilkan antibodi, dan hasilnya, antibodi ini bisa ikut menguatkan bayi lewat ASI. Ini bisa jadi kabar baik, apalagi buat Moms yang khawatir anaknya rentan sakit.
Tapi tentu saja, nggak semua vaksin punya aturan yang sama. Kategori vaksin sendiri ada yang hidup (live) dan mati (inactivated). Vaksin mati seperti vaksin COVID-19, tetanus, influenza, dinyatakan aman. Namun, untuk vaksin hidup yang dilemahkan seperti vaksin MMR (campak, gondongan, rubella) atau varicella (cacar air), biasanya tetap diberikan, tetapi tetap perlu konsultasi dulu ke dokter spesialis anak dan kebidanan, demi keamanan maksimal.
Apa Manfaat Vaksinasi bagi Ibu Menyusui dan Bayi?
Selain meningkatkan daya tahan tubuh sang ibu, vaksinasi saat menyusui juga secara nggak langsung memberi perlindungan ekstra ke si kecil. Melalui ASI, bayi bisa menerima antibodi yang diproduksi sang ibu istilah kerennya, passive immunity. Jadi, bayi nggak cuma dapat nutrisi dari ASI, tapi juga perlindungan terhadap penyakit tertentu.
Contoh konkret? Vaksin influenza. Jika ibu dapat vaksin ini, risiko penularan flu berat ke bayi akan jauh berkurang. Begitu pula dengan vaksin COVID-19 antibodi yang muncul bisa bantu mengurangi risiko sakit parah jika bayi tertular virus tersebut.
Risiko dan Hal yang Harus Diperhatikan
Walau mayoritas vaksin aman, bukan berarti tanpa risiko sama sekali. Beberapa efek samping ringan seperti demam, pegal di bekas suntikan, atau badan terasa nggak enak sehari dua hari setelah vaksin bisa saja terjadi ini hal normal kok. Yang jadi catatan, kalau Moms punya riwayat alergi berat atau sedang konsumsi obat-obatan tertentu, wajib konsultasi ke dokter sebelum vaksinasi.
Penting juga untuk tahu, pemberian vaksin saat masih dalam masa nifas (kurang dari 6 minggu setelah melahirkan) lebih baik dimonitor ketat. Tubuh ibu di fase ini masih butuh pemulihan optimal, sehingga jenis dan waktu vaksinasi sebaiknya disesuaikan kondisi tubuh dan anjuran dokter.
Tips Aman Vaksinasi untuk Ibu Menyusui
Nah, biar Moms merasa lebih tenang dan yakin, berikut beberapa tips sederhana sebelum vaksinasi:
- Riset dulu tentang jenis vaksin yang akan diambil dan konsultasikan dengan tenaga kesehatan terpercaya.
- Tanya detail tentang efek samping spesifik pada masa menyusui.
- Jika anak punya riwayat alergi atau masalah kesehatan tertentu, pastikan semua data disampaikan ke petugas vaksinasi.
- Pastikan tubuh dalam kondisi fit—jika sedang flu berat, tunda dulu sampai sembuh.
- Setelah vaksin, istirahat cukup, minum air putih banyak, dan perhatikan kondisi tubuh serta si kecil.
- Jika muncul reaksi berat (gatal seluruh tubuh, sesak napas), segera berobat ke rumah sakit.
Mitos-Mitos yang Biasa Beredar

Banyak mitos dan hoax yang membuat ibu menyusui waswas. Seperti: “Vaksin bikin ASI jadi berbahaya untuk anak!” atau “Setelah vaksin, Ibu nggak boleh menyusui 3 hari!” Tenang saja, sampai sekarang, belum ada bukti ilmiah yang valid soal ini. Justru, menyusui setelah vaksinasi malah sangat direkomendasikan.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, para peneliti terus memperbaharui panduan vaksinasi terutama untuk populasi rentan seperti ibu menyusui. Jadi, bacalah sumber berita yang valid dan update, serta jangan ragu berdiskusi pada dokter terdekat atau klinik kesehatan terpecaya.
Daftar Vaksin yang Umumnya Aman untuk Ibu Menyusui
- Vaksin influenza (inactivated)
- Vaksin tetanus, difteri, dan pertusis (Tdap)
- Vaksin hepatitis A dan B
- Vaksin COVID-19 (inactivated/mRNA)
- Vaksin meningokokus, pneumokokus, maupun HPV
Setiap vaksin punya petunjuk dan saran yang berbeda-beda. Maka dari itu, sangat penting melakukan skrining kesehatan sebelum divaksin. Jangan sungkan bertanya rinci pada bidan atau dokter spesialis agar mendapat penjelasan yang jelas sesuai kebutuhan individual.
Beri perhatian lebih pada sumber informasi yang Moms baca. Ingat, kesehatan ibu adalah aset utama keluarga. Dengan vaksinasi yang tepat, ibu bukan hanya melindungi dirinya sendiri, namun juga menambah perlindungan alami untuk sang bayi. Tak perlu takut atau malu untuk selalu update pengetahuan soal vaksin. Mulai sekarang, jadikan vaksin untuk ibu menyusui sebagai prioritas kesehatan keluarga.
Menjalani peran sebagai ibu memang penuh tantangan. Tapi, dengan informasi yang tepat dan keputusan yang bijak, Moms bisa menghadapi masa menyusui dengan lebih tenang dan aman. Jadi, yuk, jadikan vaksinasi langkah awal untuk gaya hidup sehat bagi ibu dan anak!