Ngobrol Sehat – Siapa sih, orang tua yang nggak ingin anaknya tumbuh optimal? Mulai dari bisa merangkak, berdiri, berjalan, sampai akhirnya bisa bicara dengan lancar semuanya jadi momen penting dan mengharukan. Tapi, perjalanan tumbuh kembang setiap anak memang berbeda-beda. Ada yang lancar saja tanpa hambatan, ada juga yang harus bersabar karena perkembangan bicara anak berjalan sedikit lebih lambat. Yup, kondisi ini sering disebut dengan speech delay.
Speech delay atau keterlambatan bicara pada anak memang bisa bikin khawatir, apalagi kalau mulai dibanding-bandingkan dengan anak lain. Rasanya pasti campur aduk: bingung, cemas, kadang juga merasa bersalah. Padahal, tidak sedikit anak yang memang butuh waktu lebih lama untuk mengejar milestone bicara mereka. Nah, di sinilah peran orang tua sangat krusial, karena menurut para ahli, interaksi dan stimulasi dari lingkungan terdekat bisa sangat membantu perkembangan bahasa si kecil.
Tentu saja, sebelum panik dan buru-buru mencari terapi atau konsultasi dokter, sebaiknya orang tua memahami dulu apa itu speech delay dan cara melatih anak speech delay yang tepat di rumah. Dengan pendekatan yang benar, sabar, dan konsisten, banyak kasus speech delay yang akhirnya bisa teratasi dengan baik. Yuk, kita bahas bersama cara-cara efektif yang bisa dilakukan sehari-hari!
Apa Itu Speech Delay?

Sebelum masuk ke tips cara melatih anak speech delay, ada baiknya kita pahami dulu apa itu speech delay. Secara sederhana, speech delay adalah kondisi di mana kemampuan bicara anak berkembang lebih lambat dibandingkan anak seusianya. Anak yang mengalami speech delay mungkin belum bisa mengucapkan kata-kata sederhana, belum mampu membuat kalimat pendek, atau kesulitan menyebutkan nama benda di sekitar mereka, padahal usianya sudah memungkinkan untuk itu.
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2024), sekitar 5-10% anak usia pra-sekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Biasanya, speech delay mulai terlihat jelas di usia 2 tahun, ketika anak-anak lain mulai banyak bicara, namun si kecil masih cenderung diam atau hanya mengeluarkan suara-suara tertentu saja.
Penyebab speech delay cukup beragam, mulai dari faktor genetik, lingkungan, hingga masalah medis. Faktor lingkungan yang minim stimulasi misalnya orang tua sibuk dengan gadget dan jarang mengajak anak berinteraksi bisa menjadi salah satu pemicu utama. Selain itu, infeksi telinga berulang, masalah pendengaran, atau gangguan perkembangan seperti autisme juga dapat memengaruhi kemampuan bicara anak.
Cara Melatih Anak Speech Delay

Maka, sebelum menentukan cara melatih anak speech delay, penting untuk memastikan tidak ada gangguan medis yang mendasari, misalnya dengan konsultasi ke dokter spesialis anak atau terapis wicara. Kalau memang penyebabnya lebih ke kurangnya stimulasi atau lingkungan, yuk mulai perbaiki kebiasaan pribadi sebelum mengabil tindakan yang melibatkan medsi.
Cara Melatih Anak Speech Delay tentu dimulai dari rumah kemudian lingkungan, maka dari itu sebagai ibu anda harus cerdas dan mulai menambah pengetahuan untuk hal ini, maka dari itu dalam ulasan ini kami mengupas tuntas Cara Melatih Anak Speech Delay secara efektif.
1. Sering Ajak Anak Berbicara, Jangan Lelah Mengulang
Salah satu kunci utama dalam melatih anak speech delay adalah sering mengajak anak berbicara dalam berbagai situasi. Orang tua bisa memulai percakapan saat memandikan, memberi makan, atau bermain bersama. Jangan khawatir jika anak hanya menanggapi dengan tatapan atau suara yang belum jelas, karena proses pemahaman dan peniruan kata membutuhkan waktu. Ulangi kata-kata sederhana setiap hari agar anak terbiasa mendengarnya.
Semakin sering anak mendengar kata dan kalimat, semakin besar peluangnya untuk menirukan. Ciptakan suasana interaktif, seperti bertanya, “Ini apa?” lalu tunjuk benda di sekitar. Menurut ASHA (2023), anak yang sering diajak berkomunikasi cenderung mengalami perkembangan bicara lebih pesat dibandingkan yang jarang berinteraksi. Kunci utamanya adalah konsistensi, jadi jangan menyerah meski respons anak belum signifikan.
2. Bacakan Buku Cerita Bergambar
Membacakan buku cerita bergambar juga sangat membantu menambah kosakata anak. Pilih buku dengan gambar yang besar, warna menarik, dan kata-kata sederhana. Bacakan cerita perlahan, beri jeda pada setiap kalimat, dan tunjukkan gambar yang ada di buku. Setelah itu, ajak anak menunjuk atau menirukan suara yang sesuai dengan gambar. Kebiasaan membaca bersama ini bisa dilakukan sebelum tidur atau saat waktu santai keluarga.
Selain menambah kosakata, membacakan buku juga melatih konsentrasi dan imajinasi anak. Orang tua bisa berimprovisasi, misalnya dengan membuat suara hewan atau karakter dalam cerita. Anak akan tertarik dan ikut terlibat dalam cerita, sehingga proses belajar bicara terasa menyenangkan. Rutin membaca bersama bisa menjadi bonding yang positif antara orang tua dan anak, serta membuat anak lebih siap untuk berbicara.
3. Bermain Peran dan Lagu Anak
Permainan peran sangat bagus untuk menstimulasi bicara anak. Misalnya, bermain “dokter-dokteran”, “jual-beli”, atau “masak-masakan” menggunakan mainan sederhana di rumah. Orang tua dapat mengambil peran dan mendorong anak untuk meniru dialog sederhana, seperti “Ini apa?” atau “Mau apa?” Permainan ini membuat anak lebih berani berbicara dan memahami konsep percakapan.
Selain bermain peran, menyanyikan lagu-lagu anak dengan lirik berulang juga membantu perkembangan bicara. Lagu dengan irama ceria memudahkan anak untuk mengingat dan menirukan kata-kata. Orang tua bisa menari bersama, bertepuk tangan, atau melakukan gerakan sesuai lagu. Musik membuat suasana belajar lebih santai dan anak jadi lebih semangat untuk mencoba bicara.
4. Batasi Penggunaan Gadget dan TV
Gadget dan TV memang bisa menjadi hiburan praktis, tapi jika digunakan berlebihan justru bisa memperlambat kemampuan bicara anak. Anak yang terlalu lama menonton tanpa pendampingan cenderung hanya menjadi penonton pasif, bukan pembelajar aktif. Sebaiknya, waktu menonton dibatasi dan pilihlah tontonan yang bersifat edukatif, lalu dampingi dan ajak anak berdiskusi tentang apa yang mereka lihat.
Selalu upayakan ada interaksi selama anak menonton, misalnya dengan bertanya, “Itu gambar apa?” atau “Siapa namanya?” Menurut WHO (2023), anak usia di bawah dua tahun sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali. Bagi anak di atas dua tahun, waktu menonton sebaiknya dibatasi maksimal satu jam per hari, dan selalu didampingi orang tua agar anak tetap aktif belajar berbicara.
5. Jangan Sungkan Mengulang dan Menyederhanakan Kalimat
Dalam proses melatih anak speech delay, pengulangan adalah hal yang penting. Orang tua sebaiknya tidak sungkan untuk terus mengulang kata atau kalimat sederhana, meski anak sudah pernah mendengarnya. Berikan contoh pelafalan yang benar dan ulangi kata tersebut dalam berbagai situasi agar anak makin familiar. Latihan pengulangan ini juga membantu anak membentuk kepercayaan diri saat berbicara.
Mulailah dengan kata atau frasa pendek, seperti “makan”, “minum”, atau “ayo mandi”. Setelah anak terbiasa, perlahan tambah panjang kalimatnya menjadi dua atau tiga kata. Berikan anak waktu untuk menirukan dan jangan terburu-buru menuntut hasil. Setiap anak punya kecepatan berbeda dalam belajar bicara, jadi tetap sabar dan apresiasi setiap kemajuan kecil yang dicapai.
6. Libatkan Anak dalam Kegiatan Sehari-hari
Melibatkan anak dalam aktivitas harian seperti memasak, berkebun, atau berbelanja juga sangat baik untuk stimulasi bicara. Ajak anak menyebut nama bahan makanan, alat dapur, atau benda-benda yang ada di sekitar saat melakukan aktivitas bersama. Aktivitas seperti ini membuat anak belajar kata-kata baru secara alami dalam suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Selain itu, kegiatan bersama orang tua membangun kedekatan emosional dan memberikan banyak kesempatan anak untuk bertanya. Ketika anak bertanya, jangan ragu untuk menjawab dengan kalimat sederhana dan jelas. Interaksi sehari-hari ini menjadi latihan bicara yang efektif dan membantu anak merasa dihargai serta didukung dalam proses belajarnya.
7. Puji Setiap Kemajuan, Sekecil Apa pun
Memberikan pujian atau penghargaan pada anak saat mereka berhasil mengucapkan kata baru bisa sangat memotivasi. Pujian tidak selalu harus berupa hadiah, cukup dengan tepuk tangan, pelukan, atau ucapan “hebat” sudah membuat anak merasa dihargai. Sikap positif dari orang tua akan meningkatkan rasa percaya diri anak untuk terus mencoba berbicara.
Anak yang mendapatkan apresiasi akan lebih semangat mengulang kata-kata yang telah dipelajari. Jangan ragu menunjukkan kebahagiaan saat anak membuat kemajuan, meskipun masih terbata-bata. Setiap usaha anak patut dihargai, karena proses belajar bicara memang membutuhkan waktu dan latihan yang berulang-ulang.
8. Konsultasi ke Terapis Wicara Jika Perlu
Jika setelah beberapa bulan melatih anak secara mandiri tidak ada perkembangan yang berarti, konsultasikan dengan terapis wicara. Terapis wicara akan melakukan penilaian menyeluruh dan memberikan latihan sesuai kebutuhan anak. Jangan khawatir, konsultasi ke profesional bukan berarti orang tua gagal, justru merupakan langkah tepat demi perkembangan anak.
Terapis wicara memiliki teknik khusus dan pengalaman menangani berbagai tipe speech delay. Dengan pendampingan ahli, anak akan mendapatkan program latihan yang lebih terarah dan efektif. Semakin cepat intervensi dilakukan, semakin besar peluang anak untuk mengejar ketertinggalan bicaranya.
Melatih anak speech delay memang memerlukan waktu, kesabaran, dan konsistensi. Kuncinya adalah selalu menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan interaktif. Jangan lelah mencoba berbagai metode, dan jangan sungkan meminta bantuan profesional jika diperlukan. Ingat, setiap anak memiliki waktu tumbuh kembang sendiri, jadi nikmati setiap prosesnya!
Dengan dukungan orang tua yang aktif dan penuh semangat, anak dengan speech delay tetap bisa tumbuh percaya diri dan berkomunikasi dengan baik. Jangan pernah menyerah dan teruslah menjadi teman belajar terbaik untuk si kecil setiap hari.