Kota Probolinggo terus berbenah dalam upaya mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Di tengah meningkatnya populasi, aktivitas ekonomi, dan tantangan urbanisasi, Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo menjadi garda terdepan dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam. Artikel ini membahas bagaimana DLH Probolinggo menata strategi, menjalankan program, dan menggandeng masyarakat demi menciptakan kota yang benar-benar ramah lingkungan — bukan sekadar slogan.
Tantangan Perkotaan dan Tekanan Lingkungan
Probolinggo, seperti banyak kota lain di Indonesia, menghadapi persoalan klasik: sampah yang terus meningkat, ruang hijau yang tergerus, serta kualitas udara dan air yang perlu dijaga. Data internal pemerintah menunjukkan volume sampah di wilayah ini terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas perdagangan. Kondisi tersebut menuntut kebijakan yang lebih sistematis, bukan sekadar respons sesaat.
Kesadaran inilah yang menjadi dasar lahirnya berbagai program di bawah Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo. Mereka berupaya menjawab persoalan lingkungan dengan pendekatan terukur dan kolaboratif — mulai dari manajemen sampah hingga kampanye perubahan perilaku masyarakat.
Fokus pada Pengelolaan Sampah
Sampah masih menjadi isu utama di banyak daerah, dan Probolinggo bukan pengecualian. DLH Probolinggo telah menjalankan sejumlah program berbasis konsep reduce, reuse, recycle (3R). Melalui program bank sampah, warga didorong memilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dijual kembali melalui sistem bank sampah yang kini mulai berkembang di beberapa kelurahan.
Selain itu, pemerintah kota juga memperkuat infrastruktur persampahan. Armada pengangkut sampah diperbarui, tempat penampungan sementara (TPS) diperbaiki, dan sistem pengelolaan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) difokuskan agar lebih ramah lingkungan. Beberapa inisiatif pilot project seperti konversi gas metana dan daur ulang plastik juga sedang dikaji untuk diterapkan lebih luas.
DLH Probolinggo menekankan bahwa pengelolaan sampah tak bisa hanya mengandalkan pemerintah. “Kuncinya ada di partisipasi masyarakat. Kalau semua pihak memilah dan mengurangi dari sumbernya, beban sistem persampahan bisa turun drastis,” ujar salah satu pejabat di bidang kebersihan saat diwawancarai dalam kegiatan sosialisasi lingkungan.
Perluasan Ruang Terbuka Hijau
Selain kebersihan, ruang terbuka hijau (RTH) menjadi indikator penting kota berkelanjutan. Probolinggo telah menambah area taman kota, jalur hijau di jalan utama, serta penanaman pohon di kawasan padat penduduk.
DLH Probolinggo mencatat, dalam dua tahun terakhir, peningkatan luas RTH publik dilakukan melalui penataan taman di pusat kota, pembenahan kawasan pesisir, dan kegiatan penghijauan di sekolah serta perkantoran. Langkah ini sejalan dengan target nasional yang mendorong setiap kota memiliki minimal 30 persen ruang terbuka hijau.
Pihak dinas juga mengembangkan konsep “Taman Edukasi” di beberapa titik — area hijau yang tak hanya berfungsi sebagai ruang rekreasi, tapi juga tempat pembelajaran tentang lingkungan hidup bagi anak sekolah.
Edukasi dan Kesadaran Publik
Kesadaran masyarakat menjadi faktor paling krusial dalam menjaga keberlanjutan program lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo menyadari hal ini, sehingga edukasi publik digarap secara serius.
Program Adiwiyata, misalnya, terus dikembangkan untuk membentuk sekolah berwawasan lingkungan. Sekolah yang tergabung dalam program ini diajarkan untuk mengelola sampah, membuat kompos, hingga melakukan konservasi air. Selain di lingkungan pendidikan, kampanye sosial juga dilakukan melalui media lokal, kegiatan gotong royong, serta lomba kebersihan antar-kelurahan.
Dalam beberapa kegiatan, DLH Probolinggo melibatkan komunitas muda dan organisasi masyarakat untuk memperluas jangkauan pesan lingkungan. Pendekatannya sederhana: menjadikan isu lingkungan sebagai bagian dari gaya hidup, bukan sekadar kewajiban.
Pengendalian Pencemaran dan Penegakan Hukum
Selain program berbasis partisipasi masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo juga menjalankan fungsi pengawasan dan penegakan hukum terhadap potensi pencemaran. Industri dan pelaku usaha diwajibkan memenuhi standar baku mutu lingkungan, termasuk pengelolaan limbah cair dan emisi.
Tim pengawas DLH secara rutin melakukan uji kualitas air dan udara di sejumlah titik strategis kota. Data hasil pemantauan menjadi dasar untuk menentukan kebijakan dan penanganan jangka panjang.
Langkah tegas juga diterapkan bagi pelaku usaha yang melanggar aturan. DLH Probolinggo bekerja sama dengan Satpol PP dan aparat hukum untuk memastikan setiap pelanggaran lingkungan ditangani sesuai ketentuan. Tujuannya bukan hanya menegakkan hukum, tetapi memastikan efek jera agar pengelolaan lingkungan berjalan konsisten.
Inovasi dan Teknologi Hijau
Menjawab tantangan zaman, DLH Probolinggo mulai menerapkan inovasi berbasis teknologi dalam beberapa sektor. Salah satunya adalah sistem informasi lingkungan yang memungkinkan pelaporan dan pemantauan secara digital.
Program lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan teknologi sederhana dalam pengolahan sampah organik, seperti mesin pencacah kompos skala kecil dan aplikasi digital untuk pemantauan bank sampah. Inisiatif ini diharapkan membuat proses pengelolaan lingkungan lebih efisien dan transparan.
Selain teknologi, kolaborasi juga menjadi kunci. Dinas Lingkungan Hidup menggandeng perguruan tinggi, komunitas, dan sektor swasta untuk menciptakan solusi berbasis riset dan inovasi sosial.
Dukungan Kebijakan dan Koordinasi Antar-Sektor
Kota ramah lingkungan tidak bisa terwujud tanpa kebijakan lintas sektor. Karena itu, DLH Probolinggo aktif berkoordinasi dengan dinas lain — seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan, dan Dinas Perhubungan — untuk memastikan setiap kebijakan pembangunan memperhatikan aspek lingkungan.
Misalnya, proyek infrastruktur baru wajib memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau UKL-UPL. Sementara itu, kegiatan pembangunan jalan dan drainase diarahkan agar tidak mengganggu sistem ekosistem alami.
Kebijakan ini menjadi fondasi penting agar pembangunan kota berjalan beriringan dengan perlindungan lingkungan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski banyak kemajuan, tantangan tetap ada. Kesadaran masyarakat masih belum merata, sebagian fasilitas kebersihan memerlukan pembaruan, dan koordinasi lintas sektor perlu terus diperkuat. Namun, upaya Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo selama beberapa tahun terakhir menunjukkan arah positif.
Dalam konteks perubahan iklim global, langkah-langkah kecil seperti pengelolaan sampah terpadu, penanaman pohon, dan edukasi masyarakat akan menjadi penentu arah masa depan kota. Probolinggo memiliki potensi besar untuk menjadi model kota hijau di wilayah tapal kuda Jawa Timur — jika konsistensi ini terus dijaga.
“Pembangunan tak akan berarti bila lingkungan tidak dijaga. Tugas kami memastikan keseimbangan itu tetap terpelihara,” kata salah satu pejabat DLH Probolinggo dalam sebuah wawancara kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup.
Kini, perjalanan menuju kota ramah lingkungan di Probolinggo masih panjang. Namun dengan komitmen pemerintah daerah, dukungan masyarakat, dan inovasi yang terus berjalan, arah itu semakin jelas. Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo telah menunjukkan bahwa menjaga bumi tidak harus menunggu skala besar — cukup dimulai dari satu kota, satu langkah nyata setiap hari.